Arungi Bahtera Cinta dengan Ilmu



Kunasihatkan kepada saudara-saudariku yang akan menyempurnakan separuh agamanya. Pernikahan bukanlah terletak dari mewahnya acara, makanan yang lezat seperti yang nampak di akhir zaman ini. Pernikahan adalah bentuk rahmat Alloh terhadap hamba-Nya dengan disatukannya dua hati, perbedaan prinsip, dan beragamnya prilaku.

Ketika pernikahan menjadi ajang foya-foya, menghambur-hamburkan harta maka bentuk pernikahan seperti ini adalah dilarang dalam islam. Kita lihat pada sebagian umat islam tatkala mengadakan acarawalimah, makanan terbuang begitu saja, iringan musik menggema, serta mempelai pria dam wanita (berhias berlebihan) dipajang dihadapan umum.

Pernikahan adalah sebuah gerbang utama untuk membangun bahtera cinta, mengarungi samudera sampai kematian menjemputnya. Tidak ada lautan tanpa ombak dan gelombang, begitu juga tidak ada rumah tangga tanpa problem. Barangsiapa yang sesumbar mengatakan bahwa rumah tangganya tanpa masalah sungguh dia telah berbohong. Jika kita membuka, membaca, dan mempelajari perjalanan Rasululloh dalam membangun biduk rumah tangga maka kita akan tahu bahwa seorang Nabi dan Rasulpun juga tak lepas dari problem rumah tangga.

Lalu bagaimana kita menyelesaikan setiap permasalahan rumah tangga?. Ketahuilah, bahwa rumah tangga yang sukses, tidaklah terletak pada terbebasnya dari masalah rumah tangga melainkan bagaimana dua insan menghadapi dan menyelesaikan masalah itu. Sesungguhnya dan patut dipahami bahwa ada dua hal yang menjadi onak duri dalam rumah tangga, yaitu harta dan ego.

Harta akan menjadi mimpi buruk bagi keduanya terutama bagi suami. Biasanya, masalah harta terletak pada istri. Karena kebutuhan terbanyak ada pada istri. Jika suami tidak bisa menyikapi masalah harta, maka bersiaplah biduk rumah tangga yang ia bangun akan karam, berakhir hanya seumur jagung. Jika istri tidak bisa menerima setiap pemberian suami, pekerjaaan dan gaji suami yang kecil maka bersiaplah dirinya akan menjadi istri yang durhaka. Kesabaran dan Qonaah dibutuhkan dalam hal ini.

Sebaliknya, ego akan menjadi hantaman godam bagi keduanya terutama bagi istri. Untuk masalah ego, biasanya terletak pada suami. Karena pria lebih kuat, ingin dihargai, ingin menjadi pemenang, ingin dilayani, dan ingin selalu berada di atas. Bersiap-siaplah bagi istri menghadapi suami bertempramental tinggi, egoisme, dan tidak mau mengalah.

Selayaknya suami bisa mengontrol emosinya tatkala ia marah tidak ringan tangan, ingat bahwa istri lebih mengutamakan perasaannya ketimbang akalnya. sebaliknya ketika istri emosi maka hendaknya sang suami tidak membalasnya dengan emosi. Karena ia justru akan memperbesar masalah, ibarat kertas yang terbakar api. Api akan semakin membesar tatkala disiram dengan minyak dan akan menghanguskan seisi rumahnya. Berbeda jika api disiram dengan air atau racun api.

Oleh karena itu, keduanya memiliki peran yang sama bagaimana membangun biduk rumah tangganya. Istri harus mempelajari kodratnya sebagai istri. Melayani suami, memasak, mencuci pakaiannya, menjaga dan merawat anak-anaknya, qonaah terhadap pemberiannya, menjaga harta dan dirinya tatkala suami tidak dirumah. Berdandan hanya untuk suaminya, bukan sebaliknya. Kita saksikan, betapa banyak wanita berhias, memakai wewangian, dan berpakaian telanjang tatkala keluar rumah, sedangkan tatkala dirumah suami hanya mendapatkan sisanya. Rambut awut-awutan, pakaian ala kadarnya, badan bercampur dengan bau dapur dan keringat. Energi dan dandanannya ia habiskan untuk diluar rumah. Pelayanan terhadap suami nol besar.

Begitu juga suami harus mempelajari tugas dan kewajibannya. Memberikan kasih sayang, menafkahi keluarganya lahir batin, memberinya perlindungan, dan mengajarinya tentang agamanya.

Hanya ada satu kuncinya, yaitu ilmu. Hendaknya setiap pria dan wanita yang akan menikah, mempelajari agamanya terutama tentang seluk beluk pernikahan. Berapa banyak umat dari akhir zaman ini, tidak paham ilmu dien. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan hartanya untuk mengejar titel S1, S2 ataupun S3. tidak tergerak sama sekali di hatinya untuk menyisakan waktunya untuk mempelajari ilmu agama. Seolah-olah agama tidaklah begitu penting dan hanya mencukupkan agamanya yang ia dapat saat duduk dibangku sekolah. Itu saja…tidak lebih.

Ilmu agama harusnya lebih ia butuhkan dari makan dan minum. Jika ia tidak makan dan minum, maka dirinya masih hidup, akan tetapi jika ia tidak memiliki ilmu agama yang shohih, maka dirinya akan mati dan ia akan mempertanggungjawabkan semuanya. Sudah tahukah ia, bagaimana Rasulullloh beribadah, berwudhu’ dan sholat? Pahamkah ia bagaimana bangun dan tidurnya Nabi sampai buang hajat sekalipun?

Ingatlah, bahwa ibadah tidak akan diterima kecuali dua, niat ikhlas dan ittiba’ (sesuai dengan contoh). Cobalah anda renungkan, sudah benarkah ibadah anda selama ini? Sesuai dengan sunnah atau tidak?

Begitu juga dengan pernikahan. Bagaimana Rasululloh menjelaskan/ mengajari kita tentang pernikahan? Hanya dengan ilmu-yang diambil dari al-Qur’an dan Hadits yang shohih berdasarkan pemahaman para sahabat- maka hidup dan kehidupan rumah tangganya akan berakhir dengan sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Jika keduanya tidak bisa mengatasi dua masalah diatas dengan ilmu, bukan tidak mungkin pernikahannya hanya tinggal sebuah kenangan, sebuah nama yang tertera di surat undangan, dan diantara ingatan para tamu. Terlantarnya anak akan menjadi akibat dari masalah ini.

Sayang anak…sayang anak



Pernahkah anda lewat di sebuah pasar kemudian ada pedagang kaki lima penjual mainan anak menjajakan barang dagangannya seraya berteriak: “Sayang anak…sayang anak.”

Istilah sayang anak adalah sesuatu yang sangat lekat di benak setiap orang tua-apalagi bagi seorang ibu-, itu memang sudah fitrah dari Alloh kepada setiap orangtua terhadap anaknya. Bahkan karena sayang anak tersebutlah, banyak orang tua yang banting tulang siang malam, atau pergi jauh merantau meninggalkan kampung halamannya agar kehidupan anak-anaknya tercukupi.

Namun, saudaraku yang dirahmati Alloh…sering kali sayang anak hanya dipahami dari sisi materi. Orang tua merasa telah mewujudkan kasih sayangnya kepada anaknya, manakala dia telah memenuhi segala keinginan anaknya dari sisi materi, apalagi jika dia memiliki kemampuan untuk itu. Padahal tidak jarang, hal tersebut justru menjadi boomerang bagi masa depan anak.

saudaraku yang dirahmati Alloh, yang perlu kita pahami dengan baik adalah, bahwa sayang kita kepada anak kita adalah perhatian kita yang menyeluruh terhadap perkembangan anak kita, baik fisiknya, imannya, akhlaknya, pergaulannya, ibadahnya, dan lain sebagainya yang dia perlukan untuk masa depannya.

Karena, sayang anak yang paling pertama adalah mesti kita perhatikan perkembangan imannya. Ajarkan dia untuk mengenal Alloh dan jauhkan dia sari segala sesuatu yang dapat merusak keimanannya. Misalnya terhadap tayangan televise yang bersifat khurafat, perdukunan dll.

Perhatikan pula ibadahnya, bagaimana sholatnya, bacaan alqur’annya, dzikirnya. Kemudian perhatikan pula pergaulannya, siapa teman-temannya, kemana tempat bermainnya dll. Tentu semua itu dilakukan dengan pendekatan yang sesuai dengan usia anak anda, tidak dengan kekerasan, tapi dengan kasih sayang.

Sayang anak tidak menghalangi kita untuk marah, jika memang pada tempatnya. Bahkan Rasululloh yang sangat sayang kepada umatnya (apalagi kepada anak kecil) mengajarkan kita untuk memukul sang anak jika pada usia sepuluh tahun belum juga melakukan sholat.

Namun di sisi lain, jangan tinggalkan belaian lembut anda, bahasa yang manis, dan senyuman yang tersungging di bibir anda atau bahkan doorprize (kejutan hadiah) yang membuat anak menjadi dekat dengan anda.

Dan jangan lupa , banyak-banyaklah berdoa untuk kebaikan mereka. Jangan sekali-kali berdoa untuk kecelakaan mereka, betapapun anda sangat marah terhadap mereka. Karena doa orang tua mujarab.

Jika anda jauh dari mereka, kasih sayang terhadap anak dapat anda wujudkan lewat pesan-pesan yang anda tulis lewat surat-surat anda, atau lewat saluran telepon atau sms. Jangan pernah bosan untuk melakukannya, walau berulang-ulang. “Tidak mempannya” nasihat anda selama ini, bukan berarti tertutup habis pintu kebaikan baginya. Ulangi lagi terus nasihat-nasihat anda dengan pendekatan yang baik dan cara-cara yang bijak. Insya Alloh semua itu akan menjadi tabungan pahala anda dan pembuka pintu hati anak anda.

Hak dan Kewajiban Istri…



Berbicara tentang hak dan kewajiban dalam keluarga memang kadang memunculkan silang sengketa. Sebenarnya sangat disayangkan bila dalam keluarga sampai terjadi sikap saling lempar tanggung jawab. Dalam kenyataannya ternyata hal demikian tidak jarang terjadi. Misalnya, untuk merapikan tempat tidur saja harus dilakukan oleh sang istri, seakan-akan seorang suami tabu untuk melakukannya.

Hal-hal “kecil” demikian bisa menjadi pemicu munculnya konflik antara suami dan istri. Kalau tidak bijak dalam menyikapi tidak mustahil berkembang menjadi perpecahan rumah tangga.

Sebenarnya bagaimana menentukan hak dan kewajiban dalam sebuah rumah tangga. Pengetahuan tentang hal ini tentu sangat bermanfaat untuk bekal dalam mengarungi lautan kehidupan dalam sebuah bahtera rumah tangga.

Berikut fatwa ulama untuk sedikit memberikan gambaran untuk menjadikan panduan dalam menentukan hak dan kewajiban SyaikhMuhammad bin Shalih al-
Utsaimin

“Tidak ada ketentuan khusus mengenai hak-hak mesti ditunaikan seorang istri menurut syariat, kembali kepada urf (kebiasaan di tengah masyarakat). Hal ini berdasarkan firman Allah , “Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut.” (An-Nisa:19)

Juga firman-Nya, “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (Al- Baqarah:228)

Apa yang menjadi hak di tengah masyarakat, maka itulah yang wajib; dan apa yang bukan, maka itu tidak menjadi wajib. Jika ada kebiasaan yang menyelisihi syariat, maka yang dipakai adalah sebatas yang sesuai dengan syariat. Misalnya, bila kebiasaan yang terjadi dalam masyarakat adalah seorang suami tidak berhak memerintahkan keluarganya untuk melaksanakan shalat dan berakhlak baik. Tentu saja, secara syariat, kebiasaan ini salah, sehingga tidak boleh dilakukan.

Adapun bila kebiasaan yang ada tidak menyelisihi syariat, maka Allah menyerahkannya kepada (apa yang dianggap biasa oleh masyarakat) sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas.

Yang wajib bagi kepala keluarga adalah bertakwa (takut) kepada Allah atas orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, baik perempuan maupun laki-laki, dan tidak boleh menelantarkannya. Kita terkadang menjumpai kepala keluarga yang menelantarkan anak-anaknya, baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Anaknya tidak pernah ditanya di mana keberadaannya –apakah sudah pulang atau belum?–dan tidak pernah duduk-duduk bersama mereka. Bahkan ada sebagian kepala keluarga dalam sebulan atau dua bulan tidak berkumpul dengan istri dan keluarganya.

Perilaku semacam ini merupakan kesalahan serius. Kami nasihatkan kepada saudarasaudaraku, kaum muslimin, hendaknya mereka menjaga kebersamaan dan tidak bercerai berai. Berusahalah makan siang dan malam bersama mereka, tentu tanpa melibatkan wanita dan laki-laki yang bukan mahram. Kebiasaan berkumpulnya laki-laki dan wanita yang bukan mahram di meja makan, merupakan sesuatu yang mungkar dan menyelisihi syariat.

Kita memohon hidayah bagi semua.

Wahai Para Ayah yang Diberkahi



Segala puji bagi Allah yang telah memberimu istri yang subur dan menjadikanmu termasuk yang memiliki generasi penerus. Berapa banyak laki-laki yang mandul yang tidak dianugerahi anak dan berapa banyak pula perempuan yang seperti itu. Maka ini adalah nikmat yang sangat besar.

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia…” (QS. Al-Kahfi : 46)

Karena itu sambutlah anugerah Allah -azzawajalla- dengan bahagia, gembira, rasa syukur dan pujian, baik pemberiannya itu laki-laki ataupun perempuan. Terlebih lagi bila sehat anggota tubuhnya, sempurna pertumbuhannya dan terbebas dari penyakit. Maha Suci Allah yang telah menciptakan sebaik-baik penciptaan, yang telah memberi karunia dan keutamaan-Nya:

“…memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki…” (QS. Asy-SyĆ»ra: 49-50)

Nabi -shalallahu alaihi wasallam- dianugerahi empat anak perempuan -radiallahu’anhunna-. Ketika Imam Ahli Sunah Ahmad ibn Hanbal dianugerahi seorang anak perempuan beliau berkata,

“Para nabi adalah bapak anak-anak perempuan. Dan sungguh telah ada pada anak perempuan sesuatu yang aku ketahui.” Maksudnya keutamaan mendidik dan mengayomi mereka.

Membenci anak perempuan adalah istiadat jahiliah. Adapun pada Islam, ia adalah pintu-pintu yang akan mengantarkan ke surga. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda :

“Siapa yang mengasuh dua anak perempuan hingga balig, pada hari kiamat akan datang dia dan aku seperti ini!’ beliau kemudian merapatkan dua jarinya.” (HR.Muslim)

Sedangkan anak laki-laki akan menjadi timbangan kebaikanmu jika engkau baik dalam mendidik dan mengarahkan mereka. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda,

“Jika anak Adam meninggal terputuslah amalannya kecuali tiga perkara:…” Disebutkan di antaranya, “…atau anak laki-lakinya yang saleh yang mendoakannya.”

Sabdanya -shalallahu alaihi wasallam- pula,

“Sungguh ada hamba yang diangkat derajatnya, lalu dia bertanya, “Wahai Tuhan, bagaimana aku dapatkan ini?” Tuhan pun berfirman, “Dari istighfar anakmu untukmu setelah sepeninggalmu.” (HR. Ahmad ).

Dengan banyaknya keturunan umat Muhammad -shalallahu alaihi wasallam- tidak dapat disembunyikan berapa banyak munculnya generasi yang “menauhidkan” (mengesakan) Allah -azzawajalla-, menjaga agama ini dan penyebarannya. Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda,

“Nikahilah wanita penyayang lagi subur, sesungguhnya aku adalah Nabi yang paling berbangga dengan banyaknya kalian pada hari kiamat.” (HR.Ahmad)

Maka selamat untukmu dengan istri yang berbarakah, yang melahirkan untukmu anak-anak perempuan dan laki-laki.

Wahai para ayah yang diberkahi…

Gigihlah dalam mendidik dan mengarahkan kebaikan pada anak-anakmu. Tanamkan keutamaan-keutamaan Islam pada jiwa-jiwa mereka sejak dini. Jadilah teladan bagi mereka, karena anak kecil tumbuh berkembang dengan kebiasaan ayahnya.

Sekarang engkau telah menjadi seorang ayah dan tahu besarnya hak kedua orang tua, maka manfaatkan apa yang tersisa dari umurmu. Berbaktilah kepada kedua orang tuamu dan berbuat baiklah kepada mereka.

Perhatikanlah bahwa perpisahan telah semakin dekat dengan memutihnya rambutmu. Ia merupakan utusan yang mengingatkan bahwa umurmu telah bertambah dan jatah hari-harimu telah berkurang. Jadikanlah hari-harimu yang tersisa dalam ketaatan kepada Allah -azzawajalla-.

Hati-hati jangan sampai kau beri makan anak-anakmu harta yang haram. Sabda Nabi -shalallahu alaihi wasallam-,

“Setiap jasad yang tumbuh dari penghasilan yang haram maka neraka lebih pantas baginya.” (HR. Ahmad)

Perbanyaklah doa untukmu dan anak keturunanmu karena itu adalah kebiasaan para nabi dan orang-orang saleh.

Anak-anak kecil yang lahir, jika tumbuh dalam kesalehan dan ketaatan akan menjadi simpanan sepeninggalmu. Karenanya bersemangatlah dalam memberi pengarahan yang baik dan pilihkan teman-teman yang terbaik untuknya. Jauhkan mereka dari teman-teman yang jelek dan jauhkan rumahmu dari fitnah-fitnah dan kejelekan-kejelekan.

Wahai Isteri.. Adakah Anda Teman Rapat Suami Anda...?

Wahai Isteri.. Adakah Anda Teman Rapat Suami Anda..?

Keterangan Al-Quran

Sekali lagi saya ulangi Firman Allah dalam surah al-Rum : Ayat 21 yang menyebut kedudukan isteri sebagai tempat suami besenang hati, bermesra, kasih sayang dan belas kasihan. Perkara yang sama ditegaskan oleh Allah dalam Surah Al-A’raf: Ayat 189 yang bermaksud: “Dialah Allah yang menciptakan kamu semua dari (hakikat) diri yang satu, dan Ia mengadakan dari hakikat itu pasangannya (diri suami isteri), untuk bersenang-senang (bertenang tenteram) satu diri kepada yang lain” (Terjemahan Tafsir Pimpinan Al-Rahman, Dar al-Fikr, K.L., 2000)

Dalam kedua-dua ayat ini Allah gunakan perkataan ‘litaskunu ilayha’dan ‘liyaskuna ilayha’ yang membawa maksud perasaan senang dan tenteram. Perkataan ini dari bahasa arab ‘sakana’, ‘yaskunu’, ‘sukunan’ iaitu dari maksud literalnya sebagai sesuatu yang tidak bergerak, berdiam dan lain2 situasi yang tenang. (Kamus Besar Arab-Melayu, DBP, 2006)

Isteri Sebagai Pasangan Kepada Suami

Kedua-dua ayat ini menggambarkan isteri itu adalah tempat suami mendapat ketenangan dan kesukaan. Anda sebagai suami, adakah memperolehi perasaan ini.? Begitu juga anda sebagai isteri, adakah berjaya menghidupkan suasana ini dalam rumahtangga?. Dengan sebab itu, samada isteri itu mempunyai kerjaya di luar rumah atau suri rumah sepenuh masa, kewajipan mengujudkan suasana dan persekitaran ini tetap menjadi tanggongjawabnya. Dengan sebab itu Rasulullah menyebut yang mafhumnya, isteri itu pengurus/pengelola (ra'iyah) rumahtangga dan akan disoal atas tanggongjawab berkenaan. Saya tidak membezakan samada isteri itu berkerjaya atau tidak, kerana, untuk mengujudkan suasana ini tidak semestinya si isteri itu berada sepenuh/sepanjang masa di rumah. Ada juga rumahtangga yang sudah ada tidak ada kasih sayang walaupun si isteri itu suri rumah sepenuh masa. Dalam masa yang sama, seseorang isteri yang berkerjaya dan mempunyai pembantu rumahpun, berjaya mengujudkan suasana kasih sayang dan ketenangan kepada suaminya. (saya akan sentuh soal isteri berkerjaya dalam artikel lain). Adalah jelas isteri itu pasangan kepada suami, yang melengkapi hidup seseroang lelaki.. anda bagaimana?

Satu pertanyaan kepada para suami...adakah isteri anda merupakan teman rapat anda? Adakah anda suka menghabiskan masa dengannya? Adakah anda boleh berkongsi kebanyakan perkara dengannya? Adakah anda sentiasa mencari-cari waktu untuk bersamanya? Adakah anda berasa rindu jika tak dapat berjumpa walaupun dalam waktu yang singkat? Adakah anda akan melebihkannya dari yang lain? Adakah anda sanggup berkorban apa sahaja untuknya? Adakah anda merasakan rumah perkahwinan (tempat tinggal suami-isteri) adalah tempat yang paling selesa dan jika tiada apa-apa urusan, anda akan berada di rumah? Banyak lagi pertanyaan yang menggambarkan isteri itu seseorang yang rapat dengan anda. Yang pentingnya ialah, teman rapat merupakan orang yang kita berasa selesa dan tenang bersamanya.

Sebenarnya, tidaklah menjadi kesalahan jika kita mempunyai ramai teman rapat samada dengan rakan sekerja di pejabat, dengan adik beradik atau dengan jiran tetangga. Teman-teman rapat selain isteri ada kedudukan dan peranan masing-masing dalam hidup kita tetapi sepatutnya tidak mengatasi status dan kedudukan isteri. Isteri mesti diletakkan ditempat yang paling istimewa dan mengatasi hubungan-hubungan yang lain. Ada yang bertanya bagaimana hubungan anda dengan ibu anda?, kalau sudah dilebihkan isteri. Isteri dan ibu adalah dua insan yang amat istimewa tetapi berada pada status yang berbeza. Penilaian status ini boleh diukur melalui hak dan tanggongjawab. Jika kita tahu apakah hak dan tanggongjawab keatas isteri , dan kita mengetahui hak dan tanggongjawab keatas ibu, maka tidak akan berlaku pertembungan antara keduanya. Demikian juga tiap-tiap individu yang lain, yang menjadi teman rapat seseorang lelaki perlu dilandaskan atas prinsip hak dan tanggongjawab ini. Memang kadangkala wujud juga konflik anda individu2 ini dan dengan sebab itu, banyak jumlah perceraian berlaku akibat campurtangan keluarga. Kadangkala kehendak ibu / ayah dan keluarga tidak selaras dengan kehendak suami. Secara idealnya suami perlu dilebihkan, tetapi jangan sampai derhaka kepada si ibu. Berhadapan dengan isu semacam ini seperti berjalan di jalan yang penuh dengan duri, hati2 dan cermat agar matlamat yang dituju dapat dicapai, duri tidak melukakan kaki. Saidina Umar bila ditanya tentang maksud 'taqwa', lantas beliau menjawab 'taqwa' itu seperti seorang yang berjalan di laluan yang penuh dengan duri, maka perlu cermat dan berhati-hati. Perasaan cermat dan berhati-hati terhadap hukum hakam itu sebenarnya adalah taqwa.

Tidak ada orang yang lebih faham akan suaminya, lebih dari isteri. Ada suami anggap dia boleh rahsiakan sesuatu dari isterinya hingga ada orang kata 'kalau pandai makan, pandailah simpan', tapi saya juga yakin si isteri punya gerak rasa yang amat halus dan boleh menilai hati budi suaminya. Kebaikan seseorang lelaki itu boleh dinilai melalui hubungannya dengan isterinya. Sebab isteri berada di samping suami pada masa dan saat yang orang lain tidak boleh berada dengannya. Isteri juga akan berada dengan suami pada masa orang lain lari menyisihkan diri. Tengoklah orang politik masakini, ketika jatuh dari jawatan politik, ketika dipijak oleh bekas rakan dan lawan, ketika tidak ada kuasa dan wang, isteri tetap menjadi teman. Rasulullah sentiasa terkenang pada Khadijah kerana pada pada baginda dipulaukan di awal Islam, Khadijah bersama dengannya. Ketika kesukaran menerima wahyu, Khadijah bersamanya.

Anda sebagai isteri, bagaimana boleh menjadi teman rapat kepada suami anda? Bersambung........

Wahai Isteri..Bagaimana Anda Boleh Menjadi Teman rapat Suami Anda?

JADILAH TEMAN RAPAT SUAMI ANDA... INGATAN KEPADA YANG LALAI..

Artikel ini saya kira yang terakhir sebelum saya mengetuk pintu hati suami pula tentang tanggongjawab dan hubungan dengan isteri masing-masing.
Bagaimana isteri boleh menjadikan dirinya teman rapat suami. Pendapat saya mungkin agak 'konservatif' tetapi saya yakin ianya menepati fitrah manusia. Dalam usaha untuk kembali balik kepada rumahtangga yang dituntut oleh islam, jalan yang paling selamat ialah bersikap konservatif. Walaupun ini bukanlah satu-satunya cara untuk membina keluarga bahagia kerana islam membawa prinsip dan konsep, sedangkan dari sudut pendekatan atau 'approach' tentu tidak sama anta satu keluarga dengan yang lain.

Sebagai isteri sudah tentu , anda mahu menjadi teman rapat pada suami. Tentu anda cemburu kalau suami anda, lebih banyak merujuk kepada orang lain kalau dia ada masalah. Anda juga tentu cemburu kalau suami anda asyik menyebut tentang kelebihan orang lain berbanding diri anda. Anda tentu lebih cemburu kalau yang disebut itu kaum sejenis anda. Malam tadi saya dengar ceramah dari seorang ustaz yang agak terkenal dari Terengganu, kata dia cemburu itu milik suami dan bukan milik isteri. Katanya lagi suami patut cemburu kalau isterinya tidak mengikut hukum agama. Tapi katanya lagi isteri tak patut cemburu kalau suaminya ada hubungan dengan wanita lain kerana suami boleh beristeri lebih dari satu. Saya sangat tak setuju dengan kenyataan ini dan isteri saya juga mengakuinya. Isteri juga berhak cemburu meskipun Islam membenarkan suami kahwin ramai, kerana itu fitrahnya, tapi perlulah dalam kawalan agama juga.

Semasa artikel ini ditulis, isteri saya berada di samping saya, dan begitulah selalunya, beliau adalah teman rapat saya saya dan sentiasa memberikan pandangan dalam semua hal yang melibatkan rumahtangga. Saya selalu bertanya beliau tentang hal-ehwal suami isteri dan beliau sangat berterus terang dalam hal ini dan itulah yang menggembirakan saya kerana antara saya dengan isteri saya tidak ada 'hijab' lagi tentang hal ini, bahkan saya selalu berbincang tentang soal poligami dengan dia, tentu dia tak setuju dan sayapun sependapat dengannya.....

Berbalik kepada bagaimana isteri boleh jadi teman rapat suami... Hubungan suami isteri boleh saya bahagikan kepada jenis2 berikut:
1. Suami isteri yang sudah lama bercinta sebelum kahwin. masing2 sudah kenal hati budi masing-masing. Biasanya tidak mengambil masa yang panjang untuk pasangan ini benar-benar menjadi teman rapat
2. Suami isteri yang dipilih oleh keluarga dan hanya ada sedikti kesempatan untuk mengenali hati budi masing-masing. Biasanya pasangan ini mengambil masa yang agak lama untuk membuka 'hijab' antara keduanya. 'Hijab' disini bukan fizikal tapi hijab hati dan perasaan antara satu sama lain.
3. Suami isteri yang sudah kenal sebelum kahwin tapi tidak betul2 mengenali pasangan. Maklumlah semasa bercinta banyak perkara yang masih terselindung. Bila berkahwin baru terbuka banyak 'rahsia' dan kalau tak kena gayanya dalam masa yang singkat sahaja rumahtangga ini boleh hancur. Begitu juga pasangan ini berkahwin kerana persiapan sudah banyak dibuat, 'orang kampungpun semua dah tahu', atau lain2 faktor yang akhirnya merekapun berkahwin dalam keadaan 'sedar atau tidak'. Sedar2, sudah menjadi isteri orang.

PERKAHWINAN SEBAGAI TITIK PERUBAHAN BESAR DALAM HIDUP

Perkahwinan memang satu 'perjudian' yang sangat besar. Ia adalah 'corner-stone' yang terbesar dalam sesebuah kehidupan. Ramai orang yang menjadi berubah selepas berkahwin kerana mendapat pasangan yang mengubah hidupnya. Ada perubahan kepada yang lebih baik dan tidak kurang juga yang menjadi semakin jauh dari agama.
Sekali lagi saya ingatkan diri saya, islam menuntut perkahwinan untuk 4 sebab: i) memenuhi fitrah manusia, ii) mengembangkan keturunan dan keluarga, iii) memelihara diri dari maksiat, iv) menyempurnakan hidup sebagai insan yang bertaqwa kepada Allah.

MACAMMANA NAK JADI TEMAN RAPAT SUAMI

Bila saya sebutkan isteri menjadi teman rapat suaminya, maka keempat2 matlamat di atas mesti dapat dicapai. Isteri boleh menjadi teman rapat suami antara lain melalui pendekatan berikut:

1. Sentiasa ingat akan matlamat mengapa ia berkahwin dengan seseorang lelaki. Dengan ingatan ini isteri akan berusaha untuk menyempurnakan tanggongjawabnya sebagai isteri.
2. Sentiasa berada dalam keadaan bersedia 'menyerahkan' diri kepada suaminya dan memikirkan kepentingan suami melebihi dari kepentingan dirinya sendiri.
3. Sentiasa membantu suami untuk menyempurnakan tanggongjawabnya sebagai suami. Suamipun banyak kekurrangan yang perlu dibantu. Bantulah suami dengan ikhlas kerana beliau perlu juga memikul bebanan ke atas apa yang dilakukan oleh isteri dan anak-anak. Isteri kena sentiasa sedar bahawa apa yang dilakukan oleh isteri dan anak-anak juga terpaksa dipikul oleh suami.
4. Selalu mengambil tahu masalah suami dan mencari jalan menyelesaikannya. Isteri boleh menjadi 'pendengar ' yang baik kepada suami walaupun tidak dapat memberikan penyelesaian yang spesifik. Kadang kala pandangan yang umum dan bersifat 'fundamental' sudah cukup membawa suami kepada kepada titik penyelesaian masalah yang besar. Dengan sebab itu juga kita sentiasa diingatkan supaya merujuk kepada ibu/bapa bila ingin melakukan sesuatu yang besar seperti nak beli rumah, kereta, memohon kerja, berkahwin dan lain2 kerana restu dan pandangan mereka walaupun ' tidak spesifik' dan bersifat umum tetapi pasti memberi keberkatan yang tidak terduga. Begitulah dengan isteri, pandangan ikhlas mereka bakal membuka dimensi baru kepada suami dalam menyelesaikan masalah.
5. Bagi isteri yang bekerja, masa cuti, sebolehnya, janganlah diisi dengan aktiviti yang tidak melibatkan suami. Isteri yang bekerja berada sekurang2nya 8 jam dipejabat bersama rakan sekerja. Waktu ini sebenarnya lebih panjang dari masa bersama pasangan masing-masing dalam keadaan 'sedar'. Kalau anda terpaksa berpisah degnan suami kerana tugas untuk jangka waktu yang panjang, cubalah menilai perasaan anda. Adakah anda rindu padanya dan ingin segera berjumpa selepas tugas ini untuk berkongsi sesuatu?. Adakah anda ingin mendapatkan sesuatu sebagai tanda ingatan kepadanya setelah lama tak jumpa?Kalau ada perasaan ini, Alhamdulillah, anda sebagai isteri berada pada landasan yang betul untuk menjadi teman rapat suami. Kalau anda tidak rasa apa-apa, atau mencari jalan untuk mengelak dari bertemu dengannya dalam masa terdekat, maka keadaan ini perlu dibimbangkan. Kalau anda sebagai isteri lebih suka dan selesa berada bersama rakan-rakan pejabat, atau selalu 'out-station' jauh dari suami, maka buatlah sesuatu untuk memperbaiki hubungan dengan suami anda.
6. Keikhlasan dan kejujuran adalah intipati penting dalam hubungan suami-isteri. Sentiasalah bercita-cita untuk menjadi ketua bidadari kepada suami anda di syurga nanti. Hubungan sebagai isteri tidak berakhir di dunia ini sahaja. Sentiasalah bersangka baik dengan suami, jangan cemburu 'buta', jangan mencari-cari kesalahan suami, jangan menyimpan dendam terhadap kesilapan dan keterlanjuran yang suami pernah lakukan, sentiasa maafkan suami, lapangkan dada untuk suami, sentiasa ingat bahawa kalau isteri sentiasa positif kepada suami, insyaAllah suami akan memperbaiki diri dan tidak akan tergamak mengkhianati keikhlasan/kejujuran isteri. Sentiasa ingat bahawa semua perasaan yang negatif adalah 'hijab' atau dinding antara anda dan suami anda. Bukalah 'hijab' itu sedikit demi sedikit. Kadangkala ia mengambil masa kerana hati dan perasaan bukan boleh diubah sekelip masa. Memang benar, hati dan perasaan isteri yang terluka memakan masa untuk sembuh, tapi ingatlah walaupun parut luka masih ada, Allah sentiasa menyediakan ruang dalam hati masing-masing untuk dihuni oleh suami dan isteri. Gunalah ruang itu sebaik mungkin, ingatlah, sesuatu yang dilakukan sepenuh hati pasti akan singgah dalam hati pasangan anda. Antara suami dan isteri ada gelombang perasaan yang tidak dapat ditipu walaupun lidah berkata sebaliknya...
7. Sentiasalah ingatkan suami tentang hal ehwal agama. Ajaklah suami untuk melakukan ibadat bersama-sama. Kalau Rasulullah mengejutkan isteri Baginda untuk bertahajud, mengapa anda sebagai isteri tidak boleh melakukan perkara yang sama kepada suami anda. Sekarang ini banyak masjid/surau menganjurkan qiyamullayl secara berjemaah di masjid bersama rakan-rakan. Cubalah melakukan ibadat yang sama dengan suami anda di rumah. Sekali sekala, ajaklah suami anda untuk bertahajjud di rumah pula. Kalau suami anda saban minggu membaca Yasin di masjid malam Jumaat, sekali sekala ajaklah dia baca Yasin dengan anda dan anak2 di rumah. Perubahan yang sedikit ini boleh membawa suasana yang berbeza dalam rumahtangga,cubalah... Suami isteri yang sama-sama berusaha mendekatkan diri dengan Allah pasti boleh menjadi teman yang amat rapat antara satu sama lain.
Dalam satu senario yang lain, katakanlah suami bukan ahli ibadat, tak sukapun ke masjid apatah lagi hendak bertahajud dan baca yasin dengan anda di rumah, apakah tindakan yang patut anda sebagai isteri lakukan dalam keadaan ini.? Banyak cara yang anda boleh buat selain menasihati suami yang memang degil, berdoalah dengan penuh rasa takut dan pengharapan kepada Allah, jika keadaan semakin sukar, mohonlah campurtangan ibubapa khususnya, dan jika keadaan sangat parah seperti suami tidak sembahyang, suami ahli maksiat dan lain2, maka langkah terakhir adalah dengan merujuk kepada pihak berkuasa (aspek yang melibatkan perundangan akan saya sentuh kemudian). Yang penting, dalam keadaan ini anda harus menunjukkan sikap yang positif, bersabar dan semakin berusaha untuk mendekati suami anda. Berdoalah dengan menyebut nama suami anda di hadapan Allah, mintalah Allah memberi taufiq kepada suami anda. Menangis dan bermunajatlah kepada Allah serta memohon ampun, atas kesalahan anda dan suami anda. Kalau keadaan tidak dapat dipulihkan sekalipun, apa yang berlaku akan menjadi batu loncatan kepada anda untuk mempertingkatkan status anda di sisi Allah Subhanahuwataala. Allah mendengar doa anda dan pasti dimakbulkan, samada di dunia atau diakhirat nanti atau Allah akan gantikan dengan yang lebih baik. Jangan sekali-kali menjauhkan diri dari suami anda dalam keadaan ini, kecuali sudah sampai kepada keadaan yang diizinkan Syarak. Ingatlah, menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Hukum Syarak perlulah dengan menggunakan kaedah yang ditentukan oleh Allah juga. Jika masalah ini cuba diselesaikan dengan kaedah yang lain, pastilah masalah asal tidak selesai, anda juga akan menjadi semakin jauh dari Allah, bak kata, yang dikejar tak dapat , yang digendung keciciran pulak!


Ini merupakan antara perkara yang anda boleh buat. Saya rasa semua orang dahpun tahu tapi untuk menghayatinya bukan mudah. Cubalah melakukan perubahan dalam hubungan anda dengan suami anda, pasti anda akan merasakan kesannya, InsyaAllah......cubalah

Mencari Suami yang 'Original'- Satu Muqaddimah

Muqaddimah

Tajuk Blog ini juga mempunyai perkataan mencari, ia menggambarkan satu proses yang terus berjalan dan selagi manusia hidup ia akan terus mencari sesuatu sehingga bertemu Allah satu hari nanti. Dan yang lebih penting, manusia yang masih hidup, masih ada peluang ini. Pencarian membuatkan manusia sentiasa sedar dan berhati-hati. Pencarian ini, bukan seperti mencari barang yang hilang, yang bila dah bertemu, maka selesai sesuatu urusan. Pencarian dalam hidup ini satu perjalanan. Rasulullah menggambarkan hidup manusia ini seperti seorang yang sedang bermusafir ketempat yang jauh, singgah sebentar di satu tempat untuk menyediakan bekalan dan akan menyambung perjalanan seterusnya. Bahkan Baginda menyifatkan dunia ini hanya tempat bercucuk tanam dan hasilnya dikutip di akhirat nanti. Artikel ini cuba mengajak pembaca bersama-sama membuat pencarian ini khususnya para lelaki dan suami. Saya akan mengemukakan dulu falsafah pencarian dalam hidup kita ini sebelum secara khusus terhadap pencarian suami yang ‘Ori’ dalam artikel berikutnya.

PRINSIP DAN FALSAFAH PENCARIAN

Secara prinsipnya hidup ini adalah untuk mengabdikan diri kepada Allah, untuk mendapat keredoaanNya dan menjauhi apa yang dilarangNya. Cara atau kaedah telah disediakan oleh Allah melalui Al-Quran dan Al-Sunnah. Rasulullah juga telah dijadikan sebaik-baik contoh untuk diikuti.
Stesyen TV juga menganjurkan banyak program pencarian, seperti mencari gadis Melayu yang saya tak pasti kriteria yang dipakai, boleh baca Al-Quran, boleh makan sireh, boleh main batu selambut, boleh memasak, boleh melayan orang tua, boleh duduk berselimpuh dan lain-lain.? Sebelum inipun dah ada rancangan mencari menantu, rasanya tidak berjaya mempertemukan jodoh kepada wanita berkenaan. Rancangan yang hampir sama juga diadakan di Barat dan sudah tentu kriterianya berbeza sampai boleh digauli secara bebas untuk menentukan siapa yang paling sesuai sebagai suami wanita berkenaan. Yang penting ada kriteria tertentu dalam proses pencarian ini.

Sebagai Muslim kita juga dalam proses pencarian. Mencari kesempurnaan dalam hidup. Sebagai manusia sifat-sifat kesempurnaan mustahil dimiliki oleh manusia. Hanya Allah yang Maha Sempurna, tetapi manusia dituntut untuk mendapat yang terbaik dalam hidup ini, sekadar yang ia mampu. Menurut aqidah ahli Sunnah, manusia dikurniakan kehendak, akal dan kudrat. Manusia berusaha dan Allah yang tentukan akhirnya. Itu keyakinan kita dan itulah yang mesti terus dilakukan. Allah telah menyediakan ruang yang sangat banyak kepada manusia untuk menyempurkan hidupnya. Manusia diberi peluang untuk beramal mengumpulkan pahala sebagai bekalan dan dibuka pintu-pintu untuk menutup dosa dan kesalahan. Ketika Rasulullah berhijrah ke Madinah, para Sahabat Muhajirin yang datang dalam keadaan susah bersama Rasul dari Mekah mengadu kerana peluang untuk mereka melakukan kebajikan adalah terhad kerana tidak punya harta yang banyak seperti Sahabat di kalangan Ansar (di Madinah). Rasulullah menjelaskan bahawa segala bentuk kebaikan seperti berzikir sekalipun boleh menjadi sumbar pahala kepada mereka dan tidak semestinya dengan harta sahaja. Sahabat Muhajirin merasa sedikit kelegaan kerana masih ada peluang yang sama yang menyediakan bekalan ke akhirat.

Manusia dituntut mencari yang terbaik dalam hidupnya. Allah menjelaskan bahawa di akhirat nanti yang berguna hanyalah hati yang sejahtera yang dibawa mengadap Allah. Harta dan anak-anak tidak ada lagi manfaat melainkan amal jariah. Rasulullah menjanjikan bahawa orang yang mendapat Haji mabrur sudah tidak ada dosa lagi seperti hari ia dilahirkan. Orang yang puasa dan solatnya sempurna juga mendapat faedah yang sama. Allah juga menjanjikan semua kebaikan boleh menghapuskan dosa dan amalan dilipat kali ganda pahalanya jika dibuat dengan ikhlas. Peluang dan peringatan ini sentiasa berlegar dalam hidup kita, terpulang samada untuk dimanfaatklan atau tidak sahaja. Pagi semalam, Ust. Zawawi Yusof menyampaikan tazkirah dalam laman Nurani TV3 berkaitan dengan mengumpat sebagai ‘dosa harian’ manusia, dan pagi tadi Ustazah Salbiah bercakap soal sifat bodoh sombong manusia dalam mencari kesempurnaan dalam hidup ini. Rancangan Radio, hampir semua channel bahasa Melayu ada slot agama ini. Rancangan Forum Perdana yang disiarkan saban minggu mendapat rating rancangan agama tertinggi (1.3 juta penonton- Berita Harian 27 Nov. 2008). Bertuahlah ahli panel yang dapat peluang ‘jariah ilmu’ yang amat bermanfaat ini. Saya doakan mereka diberikan kekuatan untuk terus bercakap soal-soal mencari kesempurnaan dalam hidup ini. Mudah-mudahan pada masa akan datang blog ini juga akan dapat dimanfaatkan oleh orang ramai. Setakat ini hanya saudara mara rapat dan seorang 'sahabat baik' sahaja tahu kewujudan blog ini. Ini sebagai percubaan sahaja untuk menentukan konsep dan halatuju penulisan artikel yang sesuai untuk pembaca awam.

Salah satu rancangan TV yang paling saya minat ialah Asian Food Channel (AFC). Ada dua orang chef memberi tips tentang rahsia masakan mereka dalam mencari kesempurnaan sebagai seorang chef. Dua kenyataan yang masih saya ingat ialah “my secret recipe is that there is no recipe..”, maknanya masak ikut citarasa tanpa perlu ada perancangan yang teliti dan rahsia. Kalau rasa sedap maka sempurnalah juadah tersebut. Seorang lagi chef mengatakan :”the best way to cook a fish is not to..”, maknanya makan ikan secara mentah itu adalah yang terbaik untuk menikmati kesempurnaan rasa ikan. Isteri saya selalu bertanya tentang masakannya, samada Ok atau tidak. Saya selalu sebut rasa masakan itu satu hal, tapi keikhlasan dan kesungguhannya untuk mencari kesempurnaan sebagai seorang isteri itu satu hal yang lain. Selalunya masakannya memang sedap sebab tu niat saya hendak diet selalu gagal, bahkan nak puasa sunatpun fikir dua kali. Rasulullah tidak akan mengkritik masakan isteri Baginda, kalau baginda suka ia akan makan, dan jika tidak hanya dijamah sedikit tanpa sebarang komen, kerana kesempurnaan rumahtangga bukan terletak pada kesedapan makanan isteri, bahkan, memasak itu sendiri, bukan tanggongjawab isteri. Suami kena sediakan orang gaji untuk tugas-tugas ini walaupun amalannya dalam masyarakat kita, isterilah yang sediakan. Demikianlah sebagai manusia kita akan terus mencari….

Saya akan sambung berikutnya bagaimana mencari/menjadi suami yang ‘sempurna’… .. sebenarnya idea belum datang lagi..